15.7.09

miss you like sick

Let me start to write something.

Aku baru aja ngerasa semangat mao nulis soal mata kuliah kemaren, si Fredi datang bawain setumpuk jurnal! kali ini benar2 setumpuk! ada... 24 judul! rite! yakin, 24 judul! jadi tiba2 blank! dan memikirkan nasib, apakah aku masih bisa hidup dalam 2 minggu kedepan???

Dan, okey, terganggu lagi.

Lanjut, crita soal materi kuliah kemaren pagi sampek siang, oleh bapak dosen yang sedang kucurigai lagi merencanakan pembunuhan massal, karena telah memberikan tugas mbaca jurnal yang bertubi2. hiks :'(
Tapi jauh diluar dari semua kata2 itu, aku tidak pernah kesal dengan cara beliau mengajar, dan kemaren yang paling aku sukai. Topiknya seputar manajemen karir. Sedikit overview (skalian inget2), pergeseran pola karier tradisional yang hiearachical ke protean career dimana individu dalam sebuah organisasi saat ini berkesempatan dalam mengatur perencanaan karirnya sendiri, sedangkan organisasi / perusahaan hanya berupaya sebagai mediasi dalam mewadahi hal tersebut. Apa yang aku senangi dari protean career adalah individu punya opsi untuk menjadikan faktor2 diluar dari sekedar pekerjaan (apa yang harus diselesaikan) seperti faktor relationship atau konkritnya hubungan dengan keluarga. Dengan pergesar yang terjadi dalam manajemen karier, seorang individu jadi memiliki chance untuk memilih dan mengatur karirnya sendiri tanpa perlu mengabaikan kualitas diri pribadi dengan konteks sosial terkecilnya (keluarga). Karena ngebahas ini, si bapak dosen Yth jadi bercerita tentang kebahagiaan-kebahagiaan kecil yang tetap beliau jaga, seperti makan malam diluar bareng keluarga atau sekedar berdua dengan putri sulungnya.Ada satu kebahagiaan kecil yang menyentuh memori jangka panjangku, ketika dia bercerita tentang anaknya yang paling kecil punya kebiasaan setiap ayahnya pulang kantor, setelah membuka sepatu, si anak langsung berlari menghampiri, mengambil sepatu dan meletakkannya di rak sepatu sambil bilang "ini pekerjaanku", beberapa saat setelah ia mengerjakan "pekerjaan" itu, dia berlari memeluk ayahnya dari belakang dan bilang "I love you Daddy"..

Sedikit potongan kalimat itu menyentuh lekat keinginanku untuk kembali kerumah, meraih kembali banyak momen bahagia yang pernah hilang. Kebetulan, pengalaman menjadi anak kecil yang mencintai Ayahnya dan punya "pekerjaan" meletakkan sepatu ayahnya sepulang kantor adalah hal yang juga aku lakukan dulu, bedanya, aku selalu lebih dulu membuka sepasang sepatu ayah sebelum meletakkannya di rak sepatu. Itu dulu rutin aku lakukan sekitar 11-12 tahun yang lalu bahkan sampai umur SMU kadang masih melakukan hal yang sama (3 tahun SMP aku tidak dirumah). Seketika aku jadi kagen Ayah...

Ada lagi hal kebiasaan ayah yang masih teringat, setiap akan tidur malam, Ayah selalu menyempatkan meniupi ubun2 kami-entah mendoakan atau apa, dan aku yang paling sering terbangun, padahal katanya tidak boleh sampai terbangun, apa maksutnya? aku ga tau. hehe... atau ketika aku berumur lebih kecil lagi, aku punya kebiasaan nongkrong di depan tivi sambil tiduran di sofa, sampai benar2 ketiduran. Hingga esok pagi aku mendapati diriku tertidur di tempat tidur, aku lalu bertanya pada ibu : siapa yang memindahkanku ke tempat tidur? Ibu akan menjawab : bapakmu.

Pernah suatu kali saya bertanya pada Ayah, saya kangen doa malam sebelum tidur dari Ayah, sayang, saya jauh. Ayah hanya bilang, Ayah tidak pernah melupakan satupun dari kalian, Ayah selalu ingat utk membayangkan wajah tidur anak2nya, dan berdoa untuk kalian..

Skarang.. ga kerasa hampir 4 tahun aku tidak dirumah, kecuali pas liburan kuliah, ingin rasanya meraih masa-masa yang hilang itu, kebahagiaan-kebahagiaan kecil yang membekaskan kenangan lebih lekat lebih daripada sebuah kenangan tentang pesta ulang tahun yang pernah direncanakan untukku mungkin (padahal belum pernah sekalipun merayakannya, benar2 merayakannya-lengkap dengan tiup lilin bersama keluarga! haha..).

Untuk itu semua, rasanya aku ingin segera pulang, menghabiskan waktu bersama orang tua, sekedar minum teh di sore hari atau menyupiri beliau ketika pulang kantor (dia pernah meminta itu ketika aku belum bisa nyetir).

Aku tidak pernah tau bagaimana mengakhiri sebuah tulisan, dan sama dengan yang kali ini aku tulis, aku hanya merindu Ayah sekaligus merindu Ibu...

-lof you momm, pa...

2 komentar:

Quera mengatakan...

Omed yang sedang kgn ibu, ayah, dan rumah.
Ternyata kebiasaan anak kecil sama yah (bukain sepatu ayah), klo aku lbh norak lg krn abis buka spatunya hrs ditambah cium kening, pipi kanan kiri, idung, dan dagu (keanehanku dr kecil).

Mdh"an dirimu bs segera pulang. Amin.

Ndrie mengatakan...

amiiin boms... tq sob :)