"Apa yang bisa kau lakukan pada kenangan yang tiba-tiba memaksa untuk diingat??"
Itu yang mondar-mandir di ruang otakku saat ini,
Beberapa teman menjawab :
- Tersenyum, karena hal itu pernah terjadi. (/sum)
- Cukup biarkan kenangan itu tetap tinggal disana..dan jangan mengusirnya pergi dari ingatan.. (/dols)
- Melewatkan di pikiran begitu saja, tapi apabila masih memaksa juga, aku berpikir kenapa hal tsb terjadi dan mencari hal positifnya (/ger)
- Tetap menikmatinya walau sebenarnya hati tak berkenan..biarkan terekam dalam memori otak kita dan biarkan air mata mengalir hingga dada tak terasa sesak lagi karena paksaan itu. (/bul)
- Hemm. Aku kayak pernah taw kata2 ini. Dimana ya? Di film bukan? (/boms) --> asli! ga nyambung ni anak!
- Tersenyum saat kenangan itu kembali teringat..dan bagaimanapun indah atau tidaknya kenangan itu. aku bersyukur jika telah memiliki kisah itu yang mungkin hanya aku yang memilikinya untuk dikenang. (/nal)
- Pasrah, merenung sejenak, berusaha belajar dari semua yang telah dilalui, walaupun kadang sedih kalau ingatan itu hal yang menyakitkan. Lalu cari cermin, bercermin-introspeksi diri. Terakhir berusaha senyum dihadapan cermin, bertekad untuk bangkit lagi! "The Show Must Go On". (/por)
Untuk beberapa yang menyarankan aku untuk tersenyum :
"Kenangan itu tentang harapan yang rapuh. Aku pernah berusaha dan berusaha mengokohkannya. Tapi waktu : saat ini. Mematahkan semuanya. Apa aku masih bisa tersenyum??"
Beberapa itu menjawab :
- Bisa jika kau mau! Karena tidak ada kekuatan terbesar dalam hidup selain dirimu sendiri. Jika kau benar-benar merasa tak ada harapan, kau tinggal menyerahkan semua kepadaNya.(/nal)
- Masih bisa, karena kamu telah berjuang sebelumnya. Soal waktu yang sekarang mematahkan semuanya, itu diluar daya dan upayamu.(/sum)
- Menangislah, terkadang itu perlu sampai kau merasa utk apa lagi ditangisi. Setelah itu kau akan menjadi lebih kuat. Asalkan setiap tetesan air mata itu tidak membuwatmu berhenti percaya "habis gelap terbitlah terang-Kartini". Tangis dan senyuman perlu ada untuk membuwat kita sadar bahwa kita cuma manusia biasa.(/por)
Lalu...
"Andai saja melupakan bisa secepat malam yang ditelan pagi : hanya beberapa jam saja.."
Agh. Capek dengan berbagai versi kebijaksanaan. Toh yang kita butuhkan mungkin hanya air mata. Apakah itu akan cukup menyadarkan kita bahwa kita adalah manusia biasa?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar