5.1.10

what if? dan kasih sayang Ayah

"What if this is faith??"

Kira-kira seperti itu kalimat yang pernah terpajang dikotak yang bertitle "what's on your mind?" pada sebuah situs jejaring sosial milikku. Respon beberapa teman : macam2. Bahkan ada yang menyalah-persepsikan kalimat itu, mungkin karena salah translate. hehehe... Padahal tidak tau persis apa yang sedang saya pikirkan saat itu.

Saya ingat cerita Elle di Legally Blonde. Seorang gadis yang suka hura-hura terjebak dalam sebuah perguruan tinggi terbaik di Amerika dengan nuansa akademis yang kental hanya karena ingin mendapatkan pacarnya kembali. Ia terjebak dalam sebuah kondisi yang sangat jauh berbeda dari dunia yang selama ini ia nikmati, hingga suatu saat ia merasa mungkin tempatnya memang bukan disana, di Harvard Law School. Tapi ketika ia frustasi dan baru saja berpikir akan meninggalkan Harvard, seorang kaka kelas berkata "what if this is fate?".

Nah, rangkaikan kata2 dalam "what if this is fate" yang pernah ada distatusku, berlatar belakang mirip dengan cerita tersebut. Saya sedang meragu, saya sedang labil, apakah keberadaan saya ditempat ini adalah benar? Bagaimana jika saya memang sedang melangkah pelan-pelan menuju takdir yang dituliskan Allah yang tersimpan pada arsy-Nya? Saya meragu tentu saja karena saya merasa sedang tidak enjoy dengan ini, tidak enjoy dengan prospek saya dimasa depan, maka saya bertanya pada diri sendiri : what if this is fate??

That was exactly what's left on my mind at that time, and nobody understood.


***

Baru aja adek perempuanku kena marah sama bapak gara-gara dia punya rencana mudik bersama-sama keempat teman cowoknya, jadinya ber5 dan dia sendiri yang cewek. Saya saja sebagai kakak tidak mengijinkan, tapi siapa lagi yang bisa menghalangi dia selain satu2nya orang yang bakalan beliin tiket. Bapak. Dan tadi berhasil saya paksa ijin dulu soal ini.

Sehabis kena omel dan diberi pengertian, dia langsung mengganti statusnya pada situs jejaring sosial miliknya "susah juga punya bapak yang OVER PROTEKTIF". Saya coba beri pengertian.

Apa yang dilakukan bapak itu bukan merupakan tindakan yang OVER. Itu semata-mata merupakan tindakan wajar yang akan dilakukan seorang Ayah terhadap anak gadisnya untuk melindunginya : melindunginya dari dosa, lebih ekstrim kalo bisa saya katakan. Itu merupakan sebuah bentuk kasih sayang seorang Ayah terhadap anak gadisnya karena dia mengerti norma agama, bahwa seorang gadis tidak boleh dibiarkan bepergian dengan laki-laki yang bukan mahramnya.

Coba dilihat dari kacamata "kasih sayang", yang dilakukan Bapak kepada adik adalah bentuk kasih sayang. Menyoal ini, saya setuju dengan kata-kata seseorang pada blog pribadinya bahwa jika kita mampu melihat segalanya dari kacamata "kasih sayang" dan "cinta", dunia ini akan damai sejahtera. Lihat saja, tidakan Ayah yang marah memang tidak terlihat lembut dan halus tapi tegas dan jelas, tapi itu adalah sebuah bentuk kasih sayang. Kasih sayang tidak melulu halus dan memanja, tapi terkadang juga tegas dan jelas. Hmm...

Tidak ada komentar: