23.5.10

Catatan Pinggir

..aku melihat harapan dan kasih yang terdalam dari wajahmu yang semakin menua, ijinkan aku kembali setelah semua ini..

Itu permintaan yang kusematkan pada kening Ayah disuatu malam ketika sisi duniawinya memintaku untuk meneruskan karierku disuatu tempat yang lebih jauh dari Yogyakarta. Hatiku berbisik, namun gemerisik untaian logika sederhana merasuki setiap helainya dan hampir membuat tekadku terurai dan rapuh lagi, tapi sebuah buku bacaan sederhana membuatku ingin kembali setelah semua ini.

Aku menyadari tidak lama dari sepersekian detik setelah membaca paragraf-paragraf akhir dari kisah gadis kecil dari Green Gables yang tumbuh dewasa : aku tidak peduli dengan kemewahan yang akan ditawarkan oleh pundi-pundi materi yang dapat aku kumpulkan jika aku kembali harus berada jauh dari rumah; aku tidak peduli nama besar yang akan mengiang dengan cemerlang di suatu usia yang relatif muda; dan aku berusaha, sangat berusaha untuk tidak peduli dengan cerita-cerita kebanggaan yang akan menggema mengenai pencapaianku yang lebih baik jika aku harus pergi jauh kesana; aku tidak akan peduli dengan semua itu jika aku tak dapat meraih begitu banyak waktu-waktu sederhana yang membahagiakan bersama orang-orang yang tak pernah terhenti mendukungku dan membuatku menitipkan pamrih terlalu banyak. Ketahuilah bahwa aku sangat sadar jika manusia secara kodrati akan menjadi tua dan menjadi pembutuh, dan itulah pentingnya regenerasi : untuk saling membantu jika tiba masanya. Dan aku ingin berada disana pada masaku, ketika orang tua mulai menjadi pembutuh.

Aku tidak peduli jika Ayah agak pemarah, karena usia lebih sering mampu menenggelamkan emosi dan menumbuhkan lebih banyak sikap bijaksana; dan Ayah, aku mirip sekali denganmu, kecuali dalam soal hitung-hitungan. Aku pun tidak peduli jika Ibu terkadang tidak nyambung dan membuatku harus mengulang-ulang beberapa cerita, karena kamu pengajar materi ketabahan terbaik yang pernah aku temui, bagiku Ibu adalah manusia paling sempurna melampaui berbagai keterbatasannya.
Tuhan tidak pernah sia-sia menciptakan sesuatu bukan?

Aku melihat harapan dan kasih yang terdalam dari wajah Ayah dan Ibu yang semakin menua dipenghujung liburku tahun ini, aku harap ini kali terakhir Ibu sibuk membereskan isi koperku dan ini kali terakhir Ayah mengantarku ke bandara untuk pergi meneruskan perjalananku; karena setelah ini aku ingin selalu berada dirumah menemanimu minum teh disore hari atau membantumu membangunkan adik untuk ke sekolah di pagi hari. Untuk itu ijinkan aku kembali setelah semua ini,,

Ykt, 23 Mei 2010, 00 : 41.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

sangat menyentuh. renungan yang dalam. :)