23.6.10

catatan kecil

Kuperhatikan belakangan ini, kau tidak seceria biasanya. Nada suaramu cenderung pelan dan kau berbicara seperlunya saja. Seperti ada helaan nafas yang kau hembuskan setiap usai sejengkal kalimatmu, seperti tersengal, entah sehabis dikejar apa. Suaramu sendu, tak berintonasi, tak bertendensi, sehingga tak jelas mood mu sedang baik atau buruk. Jika aku sedang senang terkadang aku memacu untuk memberitakan hal-hal yang baik, dulu kau selalu menanggapi dengan optimis, dan intonasi yang meninggi, menggebu-gebu ikut merasa bangga, tapi kali ini tidak.

Petang ini ada yang mengganggu pikiranku setelah berbicara denganmu yang hanya 2-3 menit. Engkau tak sefluktuatif biasanya, mungkin menjadi tua menyeretmu jauh dan melemahkan dirimu, tersungkur dalam beban-beban bebal yang semakin terasa berat, sehingga betul-betul melumpuhkan sarafmu yang yang reaktif.

Aku tersinggung, Ayah.. belum mampu membantumu memikul beban-beban bengal itu, rasanya ingin merangkulmu dan meminta pada Tuhan : pindahkan semua hal yang memberatkan dari pundak pria yang meringkih ini, hati dan akalku masih cukup kokoh untuk Kau tempa sedemikian rupa, aku hanya ingin masa senja yang nyaman untuknya.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

I can believe to you :)